7 Mobil Toyota yang Sebaiknya Dihindari di Indonesia

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Toyota dikenal sebagai merek otomotif andal di Indonesia. Kualitas, efisiensi bahan bakar, dan harga jual bekas stabil menjadi keunggulan. Namun, tidak semua model Toyota menawarkan nilai terbaik. Berikut tujuh mobil Toyota yang perlu dipikirkan ulang.
Meski Toyota identik dengan keandalan, beberapa model punya kelemahan. Faktor seperti desain, performa, atau nilai jual kembali bisa mengecewakan. Sobat KabaRakyat, memilih mobil harus cerdas agar tak menyesal di kemudian hari.
Artikel ini mengulas tujuh model Toyota yang kurang direkomendasikan. Dari MPV hingga sedan, beberapa mobil ini punya masalah performa, fitur, atau harga bekas. Simak ulasan berikut sebelum memutuskan membeli.
Model dengan Nilai Jual Kembali Rendah
Toyota Sienta generasi pertama (2016) menjanjikan konsep MPV modern. Dengan sliding door dan desain kompak, mobil ini tampak ideal untuk keluarga muda. Namun, kenyataannya tidak seindah spesifikasi di atas kertas.
Desain Sienta terlalu segmented, sering dianggap aneh di Indonesia. Mesin 2NR-FE 107 PS terasa kurang bertenaga, terutama pada transmisi manual. Ground clearance rendah juga kurang cocok untuk MPV keluarga.
Suspensi Sienta empuk, tetapi sering limbung saat bermanuver. Kursi baris ketiga sempit, tidak nyaman untuk dewasa. Harga jual bekasnya anjlok drastis, menjadikannya pilihan kurang menguntungkan bagi Sobat KabaRakyat.
Toyota Etios Valco adalah eksperimen gagal di segmen city car. Desainnya kaku, interior minim fitur, dan dashboard terasa kuno. Mesin 1,2 liter lemah dan konsumsi bahan bakar biasa saja.
Etios Valco kurang laku, sehingga produksinya dihentikan cepat. Harga bekas kini di bawah Rp90 juta, tetapi risiko perawatan tinggi. Sobat KabaRakyat, mobil ini sulit direkomendasikan karena nilai Jualnya rendah.
Kemewahan yang Tidak Sebanding
Toyota Venturer diposisikan sebagai Innova diesel yang mewah. Namun, dengan harga mendekati Rp600 juta, fitur yang ditawarkan minim. Tanpa ADAS, sunroof, atau kursi elektrik, mobil ini terasa overpriced.
Perbedaan Venturer dengan Innova tipe V hanya pada kosmetik. Garnish, body kit, dan interior gelap tidak sepadan dengan selisih harga Rp70 juta. Harga jual bekasnya juga kurang stabil.
Toyota Corolla Altis G 1.8 (2014-2019) tampak elegan, tetapi mengecewakan. Dengan harga Rp450 juta, fitur keselamatan aktif absen. Performa mesin 1,8 liter standar, interior biasa, dan resell value rendah.
Sobat KabaRakyat, Altis kalah bersaing dengan Honda Civic atau Mazda 3. Feel berkendara yang monoton membuatnya kurang menarik. Pilihan seperti Camry sering lebih dipertimbangkan untuk kelas sedan.
Identitas dan Performa Kurang Kompetitif
Toyota Yaris XP150 (Joker) punya desain kontroversial. Grill besar dan lekukan aneh membuatnya kurang sporty, berbeda dari citra Yaris sebagai hatchback anak muda. Harga Rp300 juta terasa mahal.
Performa mesin Yaris Joker standar, tanpa kesan sporty. Interior plastik keras dan fitur hiburan minim. Dibandingkan Honda City Hatchback atau Mazda, Yaris kalah di fitur dan daya tarik.
Toyota Vios generasi ketiga identik dengan taksi. Banyaknya unit bekas taksi di pasaran membuat pembeli ragu. Mesin awet, tetapi konsumsi bahan bakar biasa dan harga bekas turun drastis.
Toyota Camry Hybrid (2012-2017) menawarkan harga bekas murah, di bawah Rp300 juta. Namun, risiko baterai hybrid yang rusak tinggi. Biaya penggantian baterai bisa melebihi Rp30 juta, sulit diperbaiki di bengkel umum.
Pajak tahunan Camry Hybrid mahal karena mesin 2.500 cc. Sobat KabaRakyat, biaya perawatan dan pajak membuat mobil ini kurang ekonomis, meski tampak mewah dan terjangkau.