Hancurnya Sumatera 2025: Dari Bukit Barisan Rapuh Sampai Izin Sawit Tak Terkendali!
kabaRakyat.web.id - Bencana hidrometeorologi melanda Sumatera akhir November 2025. Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terdampak parah banjir bandang dan longsor.
Korban jiwa mencapai 961 orang per 9 Desember 2025. Sebanyak 293 hilang dan 4.200 luka-luka, ungkap BNPB.
Sobat KabaRakyat, 3,3 juta jiwa terdampak di 53 wilayah. Ribuan mengungsi akibat kerusakan infrastruktur masif.
Geografi Rapuh Bukit Barisan
Bukit Barisan jadi fondasi kerentanan Sumatera. Pegunungan ini picu lereng curam dan sungai pendek.
Sisi barat pulau paling rawan longsor. Air mengalir deras ke pemukiman dataran rendah tanpa hambatan.
Aceh hadapi kombinasi hulu tinggi dan hilir datar. Sumatera Utara alami banjir dari Tapanuli Selatan.
Sumatera Barat tertimbun longsor di kaki bukit. Hulu curam bertemu pemukiman padat tingkatkan risiko.
Sungai pendek tidak punya ruang luap bertahap. Debit ekstrem langsung hantam desa dan kota.
Geografi ini buat Sumatera mudah jebol saat hujan deras. Bencana bukan kejutan tapi konsekuensi alam.
Pemicu Cuaca Ekstrem Samudra Hindia
Cuaca ekstrem akhir November 2025 picu tragedi. MJO fase awan tumbuh gabung gelombang Rossby dan Kelvin.
Pemanasan permukaan laut barat Indonesia tingkatkan lembab. Siklon Tropis Koto dan Bibit 95B bawa hujan 300 mm/hari.
Sri Lanka dan Thailand alami banjir serupa. Sumatera hadapi tekanan lebih karena Bukit Barisan paksa awan naik.
Hujan deras jatuh di lereng curam. Air meluncur cepat ke lembah sempit dan pesisir.
Tekanan atmosfer Samudra Hindia bukan penyebab tunggal. Tapi tanpa itu, skala bencana tak sebesar ini.
Cuaca lembab timur bertemu dinding pegunungan. Hasilkan hujan intens di tanah rapuh Sumatera.
Deforestasi Perparah Kerentanan
Sumatera hilang 12 juta hektar hutan sejak 1985. Setengah tutupan alam berubah jadi perkebunan sawit.
Tahun 2024, deforestasi 78.030 hektar di pulau ini. Riau, Aceh, Jambi paling parah kehilangan hutan.
Hutan rawa hilang ganti industri migas Aceh. Air tak tertahan lagi langsung hantam dataran rendah.
Sumatera Utara melemah hulu Sungai Tapanuli. Vegetasi hilang ubah lereng jadi jalur longsor.
Sumatera Barat bangun rumah di kaki bukit rapuh. Tanah runtuh bawa lumpur dan keluarga ke bawah.
Deforestasi bukan hilang pohon semata. Hilang spons air, penopang lereng, dan pelindung pemukiman.
Sobat KabaRakyat, kerusakan ekologis sistematis ini buat bencana ekologis. Bukan sekadar alam.
Dampak Manusiawi dan Korban
BNPB catat 600 korban jiwa awal Desember 2025. Naik jadi 811 tewas dan 623 hilang per 3 Desember.
Aceh 359 tewas, 1.800 luka, 174 hilang. 775.000 mengungsi di Aceh Utara dan Bener Meriah.
Sumatera Utara 329 tewas di Tapanuli Tengah. Banjir bandang sapu desa dan lahan pertanian.
Sumatera Barat 226 tewas di Agam dan Padang. Longsor hantam 92.000 pengungsi di 16 kabupaten.
3,2 juta terdampak di 49 kabupaten. Jalan putus, jembatan roboh, akses bantuan sulit.
Korban bukan angka. Mereka keluarga, cerita, masa depan hilang dalam detik longsor.
Respons Pemerintah dan Bantuan
Prabowo alokasikan Rp60 juta per rumah rusak berat. Syarat verifikasi BNPB dan BPBD daerah.
Status darurat Aceh 14 hari sejak 28 November. Kemensos bangun 28 dapur umum produksi 100.000 nasi/hari.
50 helikopter dan C-130J evakuasi korban. Tenda darurat dan sembako salurkan ke pengungsi.
Polda Sumatera Utara catat 62 tewas awal. Relawan evakuasi di Batang Toru dan Deli Serdang.
BBC laporkan masyarakat jarah makanan bertahan. Ancaman penyakit menular intai pengungsi.
Sobat KabaRakyat, respons cepat tapi evaluasi nasional dibutuhkan. Pemulihan butuh 30 tahun.
Pelajaran dan Pencegahan Masa Depan
Bencana ini peringatan keras ekologis. Deforestasi masif hilangkan fungsi hidrologis hulu daerah.
Walhi sebut kebijakan eksploitasi hutan kontraproduktif. Izin penebangan Oktober 2025 perburuk situasi.
JPIK tekankan bencana akibat kerusakan hutan sistematis. Kebijakan negara beri ruang eksploitasi.
Pemulihan butuh reboisasi dan tata ruang resiko. Hilangkan tumpang tindih izin hutan lindungi lereng.
Tanpa belajar, Sumatera bab pertama deretan pulau rawan. Air tak pilih korban, manusia tentukan.
Sobat KabaRakyat, elit saling salahkan tapi solusi di kebijakan. Prioritaskan daya dukung alam sekarang.
