Sejarah Lengkap Esia: Operator CDMA Bakrie Telecom

Sejarah Lengkap Esia: Operator CDMA Bakrie Telecom

kabaRakyat.web.id - Operator Esia, bagian dari Bakrie Telecom, pernah mendominasi segmen murah di Indonesia. Layanan CDMA ini menawarkan tarif telepon dan SMS terjangkau sejak awal 2000-an.

Slogan "Cuma yang berani jamin telepon putus kami ganti" menjadi ikonik. Esia membuat komunikasi seluler terbuka untuk semua kalangan masyarakat.

Sobat KabaRakyat, Esia muncul saat persaingan GSM-CDM A sengit. Ini menjadi pelajaran berharga tentang pilihan teknologi di industri telekom.

Strategi Bisnis Esia di Era CDMA

Bakrie Telecom meluncurkan Esia pada 2003 sebagai Radio Telepon Indonesia (Ratelindo). Fokus utama adalah segmen pasar bawah dengan biaya lisensi CDMA murah.

CDMA dianggap efisien dengan kualitas suara jernih. Esia memposisikan diri sebagai operator rakyat, berbeda dari raksasa GSM seperti Telkomsel.

Bundling HP dengan nomor Esia tingkatkan loyalitas. Sistem CDMA tertutup memudahkan kontrol perangkat, kurangi pelarian pelanggan ke kompetitor.

Tarif nelpon sesama Esia hanya Rp1 per karakter SMS. Kampanye iklan tekankan hemat, tarik komunitas keluarga dan urban muda.

Tantangan dan Keterbatasan Esia

Keterbatasan perangkat CDMA jadi hambatan utama. Produsen global seperti Nokia prioritas GSM, batasi variasi HP Esia.

Cakupan jaringan Esia terbatas di kota besar. Pembangunan BTS mahal, sinyal hilang di daerah pelosok Indonesia.

Investasi CDMA sudah besar, migrasi GSM butuh biaya lisensi baru. Regulasi pemerintah awalnya dukung CDMA untuk kompetisi harga.

Smartphone Android dominasi GSM sejak 2010. Esia kesulitan adaptasi, aplikasi seperti WhatsApp tak kompatibel dengan CDMA.

Akhir Era Esia dan Pelajaran Bisnis

Pada 2014, Bakrie Telecom jual aset ke Smartfren. Esia digabung, layanan CDMA tutup, pelanggan migrasi ke GSM.

Penghapusan subsidi BHP frekuensi 2008 bengkakkan biaya operasional. GSM berkembang ke 3G/4G, CDMA stagnan tanpa dukungan global.

Sobat KabaRakyat, Esia sukses jangka pendek dengan 5 juta pelanggan. Namun, ekosistem GSM unggul fleksibel dan luas.

Kisah Esia ingatkan risiko salah pilih standar teknologi. Biaya awal murah tak cukup lawan tren global dan inovasi jangka panjang.

Esia tinggalkan warisan akses komunikasi murah. Saat ini, 5G gantikan era lama, tapi pelajaran bisnis tetap relevan.

Hingga 2025, CDMA hilang dari pasar Indonesia. Operator fokus LTE dan 5G untuk masa depan telekomunikasi nasional.

Tags:
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image