Mengapa Infinix Kesulitan Bersaing di Segmen Flagship?

Mengapa Infinix Kesulitan Bersaing di Segmen Flagship?

kabaRakyat.web.id - Infinix, merek smartphone asal Hong Kong, dikenal agresif di segmen menengah dan entry-level. Namun, upaya masuk ke kelas flagship sering gagal menarik perhatian konsumen premium.

Brand image Infinix masih melekat pada persepsi HP murah. Meski spesifikasi flagship menggiurkan, nama Infinix jarang disebut saat membahas ponsel premium.

Sobat KabaRakyat, strategi bisnis dan tantangan ekosistem menjadi kunci utama. Artikel ini mengupas alasan di balik kesulitan Infinix naik kasta.

Strategi Bisnis dan Fokus Pasar

Infinix berdiri pada 2013 di bawah Transsion Holdings. Perusahaan induk ini juga mengelola Tecno dan Itel, dengan target utama pasar negara berkembang.

Pasar kuat di Afrika, India, dan ASEAN termasuk Indonesia. Infinix unggul menawarkan baterai jumbo, kamera beragam, layar besar, serta harga kompetitif.

Di segmen midrange, margin keuntungan stabil dan risikonya rendah. Namun, masuk flagship berarti bersaing langsung dengan Samsung, Apple, dan Xiaomi.

Transsion Holdings mungkin sengaja membatasi Infinix di zona aman. Biaya marketing untuk flagship sangat besar, berisiko merusak core bisnis midrange.

Xiaomi butuh bertahun-tahun untuk naik kelas. Seri Mi 13 akhirnya diakui premium setelah investasi masif di ekosistem dan branding.

Tantangan Brand Image dan Layanan

Konsumen flagship mencari gengsi, bukan hanya spesifikasi. Infinix sering dianggap murahan meski spek tinggi, seperti kamera 200 MP.

Desain Infinix mirip midrange, kurang eksklusif. Material dan build quality belum setara dengan Oppo Find X atau Vivo X series.

Service center Infinix terbatas di Indonesia. Update software sering terlambat, beberapa model hanya dapat satu update OS besar.

Ekosistem perangkat pendukung lemah. Samsung dan Apple unggul di pengalaman terintegrasi, membuat konsumen rela bayar Rp15 juta atau lebih.

Sobat KabaRakyat, prestise sama pentingnya dengan performa. Pembeli iPhone mencari status sosial, bukan sekadar kamera unggul.

Hambatan Industri dan Potensi Masa Depan

Industri smartphone premium dikontrol Apple, Samsung, Huawei, dan Xiaomi. Brand baru sering terhambat akses distribusi dan paten.

Chipset premium seperti Snapdragon 8 Gen terbaru prioritas untuk raksasa. Infinix mungkin hanya dapat versi terbatas, sulit bersaing.

Spekulasi konspirasi muncul soal pengganjangan komponen. Akses terbatas membuat flagship Infinix kurang kompetitif di performa.

Seri Zero Ultra dan GT menawarkan fast charging 180W. Inovasi ini heboh, tapi belum cukup ubah persepsi konsumen.

Untuk sukses, Infinix perlu desain premium dan after-sales kuat. Marketing campaign besar diperlukan, meski butuh investasi raksasa.

Dunia flagship seperti klub eksklusif. Infinix harus berani lawan arus raksasa untuk masuk ruang VIP premium.

Tags:
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image