Trump Naikkan Tarif 50% untuk India Gegara Impor Minyak Rusia

KabaRakyat.web.id - Hubungan AS-India memasuki fase krisis pada Agustus 2025. Presiden Donald Trump menyerang India dengan tarif 50 persen. Alasan utama, impor minyak Rusia oleh India.
Trump menuding India mendukung perang Rusia di Ukraina. Tuduhan ini memicu kemarahan New Delhi. India menyebut tarif tersebut tidak adil dan munafik.
Krisis ini mengguncang fondasi kerja sama strategis. Dua dekade hubungan erat kini terancam. Sobat KabaRakyat, apa penyebab sebenarnya di balik konflik ini?
Latar Belakang Ketegangan Diplomasi
Trump kembali berkuasa pada Januari 2025. Janjinya menghentikan perang Ukraina gagal. India menjadi sasaran kemarahan setelah Putin menolak negosiasi.
India mengimpor 40 persen minyak dari Rusia pada 2024. Langkah ini awalnya didukung Barat. Tujuannya, menjaga stabilitas harga minyak global.
Pada 2022, AS mendorong India membeli minyak Rusia. Eric Garcetti, eks-duta besar AS, mendukung kebijakan ini. Kini, Trump menyebutnya pengkhianatan.
Sobat KabaRakyat, data menunjukkan Eropa juga impor energi Rusia. Total 21,9 miliar euro pada 2024. Namun, hanya India yang disanksi.
Dampak Tarif dan Respons India
Trump memberlakukan tarif 25 persen pada 1 Agustus. Tarif naik menjadi 50 persen per 27 Agustus. Ancaman tarif 100 persen menggantung.
Ekspor India ke AS mencapai 86,5 miliar dolar. Tekstil dan farmasi terdampak parah. India menilai tarif ini mengancam ekonomi nasional.
New Delhi mengecam kemunafikan AS dan Eropa. India menegaskan impor minyak untuk 1,4 miliar rakyat. Kebijakan ini berdasarkan faktor pasar.
India berencana melawan di WTO. Sobat KabaRakyat, Modi menolak diintimidasi. Diplomasi India kini mengarah ke BRICS dan Afrika.
Implikasi Global dan Strategi India
Krisis ini mempercepat pergeseran ke dunia multipolar. India memperkuat hubungan dengan Rusia dan Tiongkok. Putin akan kunjungi New Delhi tahun ini.
Hubungan AS-India tetap vital, namun berubah realistis. Kerja sama pertahanan dan teknologi berlanjut. Namun, kepercayaan mulai terkikis.
Trump juga memanaskan hubungan dengan Pakistan. India membantah klaim AS soal mediasi konflik Kashmir. Ketegangan regional kini membayangi.
Sobat KabaRakyat, India menegaskan otonomi strategis. Negara ini tak akan tunduk pada tekanan. Dunia menanti apakah krisis ini menciptakan perubahan permanen.
Analis memprediksi dampak ekonomi global. Kenaikan harga minyak hingga 11 dolar per barel mungkin terjadi. AS sendiri berisiko resesi.
India bersiap diversifikasi pasar ekspor. Kerja sama dengan Prancis dan Australia meningkat. Sobat KabaRakyat, India tetap berdiri tegak di tengah badai.
Krisis ini menunjukkan dunia tak lagi unipolar. India bukan sekadar mitra, tapi kekuatan independen. Trump mungkin telah memicu perubahan geopolitik besar.