Hoaks! Video Sri Mulyani Sebut Guru Beban Negara, Ini Fakta Sebenarnya

KabaRakyat.web.id - Video viral di media sosial menyeret nama Menteri Keuangan Sri Mulyani. Klip pendek yang beredar menampilkan pernyataan kontroversial tentang guru sebagai "beban negara". Video ini memicu reaksi keras dari masyarakat.
Cuplikan tersebut pertama kali ramai di TikTok pada Senin, 18 Agustus 2025. Tak hanya di TikTok, video serupa juga menyebar luas di Instagram dan X. Konten ini langsung memicu perdebatan sengit di kalangan netizen.
Kementerian Keuangan langsung merespons isu ini. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Deni Surjantoro, menegaskan bahwa video tersebut adalah hoaks. Sobat KabaRakyat, video ini ternyata hasil manipulasi teknologi kecerdasan buatan.
Klarifikasi Video Palsu dan Fakta di Baliknya
Deni Surjantoro menjelaskan, video viral itu merupakan hasil editan menggunakan teknologi Deep Fake. Cuplikan diambil dari pidato Sri Mulyani di Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB pada 7 Agustus 2025.
Jika diperhatikan, suara Sri Mulyani dalam video terdengar patah-patah, terutama saat menyebut kata "beban". Ini menunjukkan adanya manipulasi digital yang sengaja dilakukan untuk memutarbalikkan konteks pidato asli.
Dalam pidato sebenarnya, Sri Mulyani tidak pernah menyebut guru sebagai beban negara. Ia justru membahas tantangan pemerintah dalam menyediakan gaji layak untuk guru dan dosen, profesi yang sangat mulia.
Sobat KabaRakyat, pernyataan ini jauh berbeda dari narasi yang dibangun video viral. Manipulasi ini sengaja dibuat untuk mencoreng reputasi menteri dan memicu kemarahan publik.
Isu Gaji Guru dan Tantangan Anggaran Negara
Sri Mulyani, dalam pidatonya di ITB, menyoroti isu gaji guru dan dosen yang masih jauh dari kata layak. Hal ini kerap memicu keluhan masyarakat karena profesi ini dianggap kurang dihargai.
Bendahara negara itu menyatakan, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) memiliki keterbatasan. Jika hanya mengandalkan APBN, kesejahteraan guru dan dosen berisiko tidak terpenuhi secara optimal.
Ia kemudian melempar pertanyaan terbuka: haruskah masyarakat ikut menanggung beban gaji guru dan dosen? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menggugah diskusi tentang solusi pendanaan pendidikan.
Namun, Sri Mulyani tidak menjelaskan skema partisipasi masyarakat yang dimaksud. Hal ini memicu spekulasi dan tafsir beragam di kalangan masyarakat, termasuk di media sosial.
Sobat KabaRakyat, topik ini memang sensitif. Gaji guru yang rendah sering menjadi sorotan, namun solusi pendanaan masih jadi tantangan besar bagi pemerintah.
Respons Sri Mulyani dan Dampak Publik
Saat dikonfirmasi awak media di gedung DPR pada 19 Agustus 2025, Sri Mulyani memilih bungkam. Ia hanya berjalan menuju mobil dinasnya tanpa memberikan komentar lebih lanjut.
Sikap ini memicu spekulasi lebih lanjut di kalangan publik. Banyak yang mempertanyakan maksud pernyataan Sri Mulyani di ITB, terutama soal keterlibatan masyarakat dalam pendanaan gaji.
Video viral tersebut telah memengaruhi persepsi publik. Banyak netizen yang terlanjur marah, menganggap pemerintah tidak menghargai profesi guru, meskipun video itu terbukti palsu.
Isu ini juga memunculkan diskusi luas tentang kesejahteraan guru. Sobat KabaRakyat, hoaks seperti ini menunjukkan betapa mudahnya informasi keliru memengaruhi opini publik di era digital.
Video Deep Fake ini menjadi pengingat pentingnya literasi media. Masyarakat perlu lebih kritis dalam memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, agar tidak terjebak dalam narasi yang menyesatkan.
Seiring perkembangan teknologi, hoaks berbasis kecerdasan buatan semakin sulit dideteksi. Sobat KabaRakyat, mari bersama-sama bijak bermedia sosial untuk menciptakan ruang digital yang lebih sehat.