Dedi Mulyadi Geram: Balita Tewas Penuh Cacing, Desa dan PKK Disanksi

KabaRakyat.web.id - Kematian tragis seorang balita berusia tiga tahun di Sukabumi, Jawa Barat, mengguncang publik. Bernama Raya, balita ini meninggal akibat infeksi cacing gelang yang parah. Kejadian ini memicu kritik terhadap sistem kesehatan daerah.
Kasus Raya mencuat setelah video viral di media sosial. Tubuhnya dipenuhi cacing, bahkan hingga ke otak, menyebabkan kematian pada 22 Juli 2025. Kondisi ini menyoroti kelalaian pelayanan kesehatan dasar.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan duka mendalam. Ia mengecam ketidakpedulian aparat desa dan layanan kesehatan setempat. Sanksi diancamkan bagi pihak yang lalai menjalankan tugas.
Kegagalan Pelayanan Kesehatan Dasar
Raya tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan. Lingkungan rumahnya tidak higienis, dengan kolong rumah penuh kotoran ayam. Ini diduga menjadi sumber infeksi cacing.
Infeksi askariasis, akibat cacing gelang, menyerang Raya. Cacing masuk melalui makanan atau tangan kotor. Larva menyebar ke organ vital, termasuk otak, menyebabkan kondisi kritis hingga koma.
Pelayanan posyandu dan PKK di desa dinilai tidak berfungsi. Sobat KabaRakyat, minimnya pengawasan kesehatan anak memperparah kondisi Raya. Bidan desa juga gagal mendeteksi masalah sejak dini.
Program stunting dengan dana Rp28 miliar pada 2023 gagal menyelamatkan. Alat antropometri hanya menghasilkan data, tanpa tindak lanjut nyata. Kematian Raya menjadi bukti kegagalan sistem ini.
Kondisi Keluarga dan Tantangan Administrasi
Keluarga Raya hidup dalam kondisi memprihatinkan. Ibunya menderita gangguan jiwa, ayahnya terdeteksi TBC. Pola asuh buruk membuat Raya rentan terhadap penyakit sejak kecil.
Raya sering bermain di kolong rumah bersama ayam. Lingkungan kotor memicu infeksi cacing akut. Sobat KabaRakyat, kebersihan lingkungan menjadi kunci pencegahan penyakit serupa.
Pengobatan Raya terkendala administrasi. Tanpa kartu keluarga atau BPJS, keluarga kesulitan mengakses layanan kesehatan. Birokrasi rumit memperburuk upaya penyelamatan nyawa balita ini.
Pada 13 Juli 2025, relawan membawa Raya ke RSUD Syamsudin. Saat tiba, ia sudah tidak sadar. Tim medis menemukan cacing keluar dari hidung, mulut, dan anus.
Biaya pengobatan mencapai Rp23 juta, ditanggung relawan. Rumah sakit memberikan waktu tiga hari untuk urusan administrasi, namun dokumen tak kunjung selesai. Nyawa Raya tak tertolong.
Respons Pemerintah dan Langkah ke Depan
Gubernur Dedi Mulyadi mengirim tim untuk merawat keluarga Raya. Ayahnya yang menderita TBC mendapat perhatian khusus. Langkah ini diharapkan mencegah kasus serupa di keluarga.
Sanksi dipertimbangkan untuk aparat desa Cianaga. Dedi menyoroti kegagalan PKK, posyandu, dan bidan desa. Evaluasi menyeluruh terhadap pelayanan kesehatan di Sukabumi menjadi keharusan.
Kepala Dinas Kesehatan Sukabumi berjanji menindak puskesmas setempat. Sobat KabaRakyat, kasus ini menjadi alarm bagi pemerintah untuk memperbaiki koordinasi dan pengawasan kesehatan.
Kebersihan lingkungan harus jadi prioritas. Edukasi tentang higiene dan pemberian obat cacing rutin perlu digalakkan. Raya seharusnya mendapat obat cacing setiap enam bulan.
Kasus Raya mengajarkan pentingnya deteksi dini. Posyandu harus aktif memantau tumbuh kembang anak. Sobat KabaRakyat, kewaspadaan masyarakat juga krusial untuk cegah tragedi serupa.
Pemerintah diminta tidak kalah gesit dari relawan sosial. Kolaborasi dengan komunitas lokal dapat memperkuat jaring pengaman sosial. Kematian Raya harus jadi pelajaran berharga.
Kisah Raya menggugah kesadaran kolektif. Sistem kesehatan yang responsif dan lingkungan yang bers82ih adalah hak setiap anak. Mari bersama wujudkan masa depan yang lebih sehat.