Flyover Panorama I Terancam Kebakaran Hutan Sitinjau Lauik Padang

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Kebakaran hutan melanda kawasan Sitinjau Lauik, Kota Padang, Sumatera Barat, pada 24 Juni 2025. Api muncul di dekat lokasi pembangunan Flyover Panorama I, jalur vital Padang-Solok.
Kondisi musim kemarau memperparah situasi, dengan dedaunan kering memicu penyebaran api. Angin kencang juga turut mempercepat penjalaran kebakaran di kawasan hutan lindung ini.
Lokasi kebakaran yang berada di puncak bukit menyulitkan upaya pemadaman. Akses terbatas membuat petugas kesulitan menjangkau titik api, terutama di area yang jauh dari jalan utama.
Tantangan Pemadaman di Kawasan Hutan Lindung
Sitinjau Lauik dikenal sebagai jalur ekstrem dengan tikungan tajam dan tanjakan curam. Kawasan ini merupakan hutan lindung, rumah bagi satwa liar yang kini terancam.
Kebakaran terjadi di dekat menara listrik (Sutet), menambah risiko gangguan pasokan listrik ke Padang dan Solok. Api juga mendekati jalur Panorama I yang sering digunakan untuk syuting.
Cuaca panas tanpa hujan selama beberapa hari di Kota Padang memperburuk kondisi. Dedaunan kering menjadi bahan bakar alami, memicu kobaran api yang sulit dikendalikan.
Upaya pemadaman manual menggunakan ranting kayu hanya efektif di area bawah. Lokasi di puncak bukit sulit dijangkau, bahkan oleh kendaraan pemadam kebakaran.
Perkembangan Pembangunan Flyover Panorama I
Pembangunan Flyover Panorama I di Sitinjau Lauik telah dimulai sejak Mei 2025. Proyek ini bertujuan meningkatkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas di jalur rawan kecelakaan.
Dengan nilai investasi Rp2,79 triliun, flyover sepanjang 2,77 km ini dikerjakan oleh PT Hutama Karya. Konstruksi tahap pertama fokus pada Panorama I, area paling ekstrem.
Proyek ini menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Masa konstruksi diperkirakan 2,5 tahun, dengan target selesai pada 2027.
Pembangunan flyover juga melibatkan pembebasan lahan seluas 18,7 hektar, termasuk 8,6 hektar hutan lindung. Proses izin pinjam pakai lahan hutan masih berlangsung.
Sobat KabaRakyat, flyover ini diharapkan mengurangi angka kecelakaan yang tinggi di jalur Sitinjau Lauik, yang mencatat lebih dari 50 kecelakaan fatal antara 2016-2020.
Upaya Mengatasi Kebakaran dan Dampaknya
Kebakaran ini mengancam kelestarian hutan lindung Sitinjau Lauik. Upaya pemadaman terkendala medan curam dan ketiadaan akses jalan menuju titik api.
Petugas berupaya memadamkan api di area bawah dengan alat sederhana. Namun, kobaran api di puncak bukit tetap sulit dijangkau tanpa bantuan alat berat atau helikopter.
Sobat KabaRakyat, musim kemarau meningkatkan risiko kebakaran hutan. Pemerintah setempat mengimbau masyarakat untuk tidak membakar lahan atau jerami selama periode ini.
Kebakaran ini juga mengingatkan pada bencana kabut asap di Sumatera Barat dan wilayah tetangga. Kabut asap sebelumnya bahkan menyebabkan penutupan penerbangan.
Penyebab kebakaran belum diketahui, tetapi diharapkan bukan ulah manusia. Sobat KabaRakyat, mari dukung upaya pelestarian hutan lindung demi menjaga ekosistem.
Hujan diharapkan segera turun untuk membantu memadamkan api. Masyarakat diminta berdoa agar kebakaran ini tidak meluas dan segera teratasi.