Mengapa Honda Freed Tidak Laku di Indonesia? Ini Alasannya!

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Honda dikenal sebagai salah satu produsen mobil ternama yang selalu menghadirkan produk berkualitas. Tidak hanya dari segi desain dan performa, angka penjualannya pun sering kali memuaskan.
Namun, ada satu mobil Honda yang justru kurang mendapatkan apresiasi di pasar Indonesia, yaitu Honda Freed. Sobat KabaRakyat, mari kita telusuri lebih dalam kisah mobil compact seven-seater ini.
Honda Freed pertama kali diluncurkan di Jepang pada tahun 2008. Mobil ini langsung menuai kesuksesan dengan penjualan mencapai 76.000 unit di tahun peluncurannya.
Kesuksesan ini membuat Honda yakin bahwa Freed bisa menjadi mobil masa depan untuk pasar global. Sobat KabaRakyat, Indonesia menjadi negara pertama di luar Jepang yang menjual Honda Freed, tepatnya pada tahun 2009.
Honda Freed diposisikan sebagai mobil premium untuk keluarga. Mobil ini menawarkan fitur-fitur mewah dan menjadi mobil compact seven-seater pertama yang meraih rating 6 bintang dari Japan New Car Assessment Program (JNCAP).
Namun, harga yang ditawarkan cukup tinggi, yaitu Rp237 juta untuk tipe non-sliding door dan Rp257 juta untuk tipe power sliding door. Sobat KabaRakyat, meskipun harganya di atas rata-rata mobil sejenis, Freed berhasil menarik minat konsumen dengan 2.688 unit inden pada Maret 2009.
Pada tahun 2010, Honda Freed dinobatkan sebagai Car of the Year berkat efisiensi bahan bakar, performa mesin, dan kenyamanannya. Namun, di tahun yang sama, Honda mulai memberikan diskon besar-besaran untuk meningkatkan penjualan.
Sayangnya, hal ini justru menimbulkan ketidakpuasan di kalangan konsumen. Sobat KabaRakyat, banyak pembeli awal yang merasa dirugikan karena harga mobil mereka turun drastis akibat diskon tersebut.
Sobat KabaRakyat, pada tahun 2011, Honda mencoba menarik lebih banyak konsumen dengan meluncurkan varian yang lebih terjangkau, yaitu Honda Freed S Alpha seharga Rp219 juta.
Meskipun lebih murah, varian ini tetap dilengkapi dengan fitur-fitur premium seperti sunroof dan king and queen seat. Namun, upaya ini tidak cukup untuk meningkatkan penjualan. Sobat KabaRakyat, pada tahun 2013, Honda melakukan facelift pada Freed dengan menambahkan fitur-fitur baru seperti remote control sliding door dan double blower.
Meskipun telah melalui beberapa pembaruan, Honda Freed tetap kesulitan mencapai target penjualan. Salah satu penyebabnya adalah desain mobil yang dianggap terlalu segmented. Bagian belakang yang berbentuk kotak kurang disukai oleh pasar Indonesia yang lebih menyukai desain bulat atau tajam.
Selain itu, performa mesin yang biasa-biasa saja dan kapasitas seven-seater yang tidak ideal juga menjadi kendala. Sobat KabaRakyat, banyak konsumen yang lebih memilih mobil seperti Avanza atau Innova yang lebih terjangkau dan fungsional.
Pada akhirnya, Honda memutuskan untuk menghentikan penjualan Freed di Indonesia pada tahun 2015. Meskipun demikian, mobil ini masih memiliki penggemar setia. Harga bekas Honda Freed tahun 2010 masih stabil di atas Rp100 juta, menunjukkan bahwa masih ada yang mengapresiasi kualitas dan kenyamanan mobil ini.
Menariknya, di Jepang, Honda Freed masih terus diproduksi dan kini sudah memasuki generasi ketiga. Generasi terbaru ini bahkan berhasil meraih gelar Car of the Year.
Namun, Honda tampaknya kapok untuk membawa kembali Freed ke Indonesia. Sobat KabaRakyat, pasar Indonesia saat ini lebih menyukai mobil MPV dan SUV dengan desain tajam, sementara Freed generasi terbaru justru mengusung desain yang lebih halus.
Sobat KabaRakyat, kisah Honda Freed mengajarkan kita bahwa kesuksesan sebuah produk tidak hanya ditentukan oleh kualitas, tetapi juga oleh timing dan kesesuaian dengan selera pasar. Meskipun Freed kurang sukses di Indonesia, mobil ini tetap menjadi bukti inovasi Honda dalam menghadirkan mobil keluarga yang nyaman dan premium.
Sobat KabaRakyat, bagaimana pendapat kalian tentang Honda Freed? Apakah Anda setuju jika Honda menghidupkan kembali mobil ini di Indonesia? Mari berdiskusi di kolom komentar dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!