ADVERTISEMENT - Scroll to reading content!

HEADLINE
KabaRakyat.web.id - Informasi Berita Terkini dan Terpercaya Hari Ini

KabaRakyat.web.id - Informasi Berita Terkini dan Terpercaya Hari Ini

  • Beranda
  • Berita Terkini
  • Cek Fakta
  • Bisnis
  • atom Tekno
  • gamepad-variant-outline Game
  • car-cruise-control Otomotif
  • basketball Olahraga
  • food-fork-drink Makanan
  • bottle-tonic-plus-outline Kesehatan
Mode Gelap
Artikel teks besar
Kabar Cepat
Join Channel WhatsApp KabaRakyat!!
  • Beranda
  • Berita

Faktor Ekonomi dan Gaya Hidup Turunkan Angka Kelahiran Indonesia

Author by:
Kamis, Februari 06, 2025
Berbagi
  • Salin tautanBerhasil disalin
  • Bagikan di Facebook
  • Bagikan di X (Twitter)
  • Bagikan di WhatsApp
  • Bagikan di Telegram
  • Bagikan di LinkedIn
  • Bagikan di Pinterest
  • Bagikan di Tumblr
Faktor Ekonomi dan Gaya Hidup Turunkan Angka Kelahiran Indonesia

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Dalam lima puluh tahun terakhir, angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) di Indonesia terus mengalami penurunan, menimbulkan kekhawatiran akan krisis populasi yang diprediksi akan menjadi ancaman lebih besar bagi negara-negara di Asia dibandingkan dengan isu-isu lain.

Data menunjukkan bahwa tren penurunan angka kelahiran berlangsung secara bertahap dalam dekade terakhir, di mana jumlah kelahiran di Indonesia cenderung menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2023, tercatat 4,62 juta kelahiran, mengalami penurunan 0,6% dibandingkan dengan tahun 2022, sedangkan pada tahun 1990 angka TFR mencapai 3,1, yang berarti rata-rata seorang perempuan melahirkan tiga anak selama masa reproduksinya.

Angka tersebut telah menurun menjadi 2,18 pada tahun 2023 dan diproyeksikan akan terus turun menjadi 1,95 anak per perempuan dalam lima puluh tahun mendatang. Penurunan ini terlihat jelas di berbagai provinsi, di mana Sulawesi Utara mencatat TFR 2,1, diikuti Jawa Barat 2,06, Jawa Tengah 2,04, Bali 2,03, Banten 1,96, Jawa Timur 1,98, DKI Jakarta 1,84, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 1,81.

Fenomena penurunan angka kelahiran bukanlah hal baru, karena negara-negara berpendapatan tinggi seperti Jepang, Italia, dan Jerman telah lebih dulu mengalami penurunan angka kelahiran yang signifikan.

Namun, belakangan ini pola serupa mulai terlihat juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya angka kelahiran di Indonesia.

Pertama, biaya hidup yang semakin tinggi, di mana harga rumah dan biaya pendidikan terus meningkat secara signifikan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa rata-rata biaya pendidikan jenjang sekolah dasar atau sederajat pada tahun ajaran 2020–2021 mencapai 3,24 juta rupiah, meningkat 35% dibandingkan tahun ajaran sebelumnya.

Hal ini menciptakan kecemasan ekonomi di kalangan masyarakat, di mana banyak orang khawatir akan kesiapan finansial untuk mendidik dan merawat anak-anak mereka.

Faktor kedua berkaitan dengan perubahan nilai dan orientasi hidup generasi muda. Banyak pasangan muda saat ini lebih fokus pada pengembangan karir, eksplorasi diri, dan gaya hidup sebelum mempertimbangkan untuk membangun keluarga.

Keinginan untuk menikmati waktu dengan melakukan perjalanan atau menjalani profesi kreatif seperti content creator juga membuat pernikahan dan memiliki anak menjadi prioritas yang ditunda. Selain itu, partisipasi perempuan dalam dunia kerja meningkat pesat.

Pada Februari 2024, tercatat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan mencapai 55,41%, naik dari 54,42% tahun sebelumnya. Peningkatan peran perempuan di dunia kerja ini menyebabkan banyak perempuan yang tidak lagi bergantung sepenuhnya pada peran tradisional dalam keluarga, bahkan hingga banyak yang menjadi kepala rumah tangga sekaligus tulang punggung ekonomi keluarga.

Selain faktor ekonomi dan perubahan gaya hidup, program keluarga berencana yang telah berjalan konsisten selama lebih dari lima dekade turut memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan angka kelahiran.

Pada tahun 1971, rata-rata seorang perempuan di Indonesia memiliki lima anak, namun dengan adanya program tersebut, angka kelahiran terus menurun. Saat ini, menurut pemutakiran pendataan keluarga, TFR telah mencapai 2,18 pada tahun 2023 dan diperkirakan akan sedikit menurun lagi pada tahun 2024.

Di samping itu, meningkatnya pemahaman, kesadaran, dan pengetahuan mengenai kesehatan, terutama kesehatan reproduksi, juga berperan dalam menurunkan angka kelahiran. Masyarakat kini semakin memahami pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil dan anak, sehingga pengambilan keputusan terkait kelahiran dilakukan dengan pertimbangan matang.

Fenomena lain yang turut mempengaruhi penurunan angka kelahiran adalah kecenderungan beberapa perempuan memilih gaya hidup "child free", yakni tidak memiliki anak atas dasar pilihan pribadi. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik mencatat terdapat sekitar 71.000 perempuan usia 15 hingga 49 tahun yang secara sadar memilih untuk tidak memiliki anak.

Keputusan ini biasanya didasari oleh pertimbangan kesiapan material dan imaterial, di mana banyak pasangan muda memiliki standar kehidupan tertentu dan khawatir jika memiliki anak dapat mengganggu kestabilan ekonomi dan kualitas hidup mereka.

Kendati Indonesia masih termasuk negara dengan populasi besar, dengan jumlah penduduk mencapai 281,6 juta per Juni 2024, penurunan angka kelahiran menimbulkan tantangan tersendiri. Negara kini mulai tergolong sebagai negara dengan populasi menua, dengan 10,48% penduduk berusia lanjut dan rasio ketergantungan lansia mencapai 16%.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pada tahun 2045 Indonesia dapat menghadapi krisis generasi muda, yang tentu sangat berpengaruh pada visi pembangunan menuju Indonesia Emas 2045. Penurunan angka kelahiran harus dihadapi dengan kebijakan yang seimbang, sehingga tidak menimbulkan masalah baru di masa depan.

Setiap peristiwa tentu memiliki sebab, dan penurunan angka kelahiran merupakan salah satu fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Pemerintah dan pemangku kepentingan harus memastikan bahwa penurunan ini tidak berujung pada krisis demografis yang dapat mengganggu kestabilan kependudukan dan pembangunan nasional di masa mendatang.

Berita Terkait
Tags
  • Berita
Berita Terkait
Posting Komentar
Batal
Tutup Iklan
Tag Populer
  • Tekno
  • Berita
  • Otomotif
  • Gadget
  • Cek Fakta
  • Bola
  • Wisata
  • Tips & Trik
  • Bisnis
  • Laptop
  • Olahraga
  • Rekomendasi
  • Filosofi
  • Kesehatan
  • Apple
  • Game
  • Makanan
  • Tablet
Postingan Populer
  • Wisata

    Wisata Curug Niagara Dayeuh, Jonggol: Tiket Masuk, Fasilitas, dan Lokasi

    Kamis, Januari 02, 2025
  • Wisata

    Harga dan Daya Tarik Bambulogy Cabin Baru Pangalengan Bandung

    Sabtu, April 12, 2025
  • Berita

    Jokowi Tolak Damai di Kasus Ijazah Palsu, Roy Suryo Siap Hadapi Sidang

    Kamis, Mei 08, 2025
  • Berita

    Pemekaran Provinsi Jawa Selatan: Apa Dampaknya bagi Jawa Tengah?

    Senin, April 28, 2025
  • Otomotif Tekno

    Harga Vision 1 Pro: Ulas Lengkap Spesifikasi, Fitur, dan Keunggulannya

    Rabu, Desember 25, 2024
  • Kabar Dunia

    Raja Charles III Memeluk Islam? Fakta dan Spekulasi Terbaru

    Jumat, Maret 28, 2025
  • Otomotif Tekno

    Honda CL 250 JDM Indonesia: Harga, Fitur, dan Review Terbaru

    Rabu, Januari 01, 2025
  • Berita

    Kabel Bawah Laut Picu Blackout, PLN dan Pemerintah Minta Maaf

    Minggu, Mei 04, 2025
  • Berita

    Demul Spill Pendapatan YouTube: Strategi Promosi Iklan Jabar

    Jumat, Mei 02, 2025
  • Wisata

    Wisata Drini Park Gunung Kidul: Harga Tiket dan Wahana Seru

    Sabtu, April 12, 2025
  • Ikuti KabaRakyat di
    X
  • Ikuti KabaRakyat di
    Facebook
  • Ikuti KabaRakyat di
    WhatsApp
  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram
Logo
About
  • Tentang kami
Contact
  • Kirim Pesan
  • Bisnis & Kerja sama
Informasi
  • Syarat & Ketentuan
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Bagian kami
  • Jadi Penulis
© Copyright 2024 - 2025 KabaRakyat.web.id