HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Kenapa Mobil Hatchback Murah Suzuki Gagal di Pasar Indonesia

Kenapa Mobil Hatchback Murah Suzuki Gagal di Pasar Indonesia

Sumbar, KabaRakyat.web.id - Pasar otomotif Indonesia dikenal sebagai salah satu yang paling kompetitif di dunia. Dengan populasi yang besar dan kebutuhan mobilitas tinggi, Indonesia menjadi target utama para produsen otomotif global.

Namun, meskipun pasar ini menjanjikan, ada satu fakta yang tak terbantahkan: konsumen Indonesia dikenal sebagai pembeli yang "banyak maunya." Harga harus sesuai daya beli, desain harus kekinian, fitur melimpah, dan interior harus nyaman.

Di tengah persaingan yang ketat, beberapa pabrikan berhasil mendominasi pasar dengan strategi tertentu. Contohnya, Toyota melalui Agya dan Honda dengan Brio. Kedua model ini menawarkan mobil dengan harga terjangkau yang akhirnya laris manis.

Namun, hal ini tidak berlaku untuk Suzuki dengan hatchback murahnya, yaitu Suzuki Ignis dan Suzuki S-Presso. Kedua mobil tersebut kurang diminati di Indonesia meskipun dijual dengan harga yang sangat murah.

Ketika Suzuki Ignis diluncurkan pada 2017, harganya berkisar antara Rp137 juta hingga Rp169 juta. Sedangkan S-Presso yang diluncurkan pada 2022 dijual mulai dari Rp79,5 juta hingga Rp112 juta.

Harga yang sangat kompetitif ini ternyata tidak mampu menarik minat konsumen dari indonesia. Lantas, apa penyebab kegagalan ini, kenapa bisa tidak laku di pasar kita?

Salah satu penyebab utama adalah desain. Konsumen Indonesia sering kali menilai mobil dari tampilannya sebelum mempertimbangkan harga. Sayangnya, baik Ignis maupun S-Presso memiliki desain yang dianggap kurang menarik oleh pasar.

S-Presso, misalnya, mengadopsi gaya desain khas India yang kurang cocok dengan selera masyarakat Indonesia. Desainnya terkesan kotak dan kurang proporsional, sehingga banyak yang merasa mobil ini tidak menarik secara visual.

Selain desain, dimensi mobil juga menjadi masalah. S-Presso memiliki ukuran yang sangat kecil dengan panjang hanya 2.974 mm dan lebar 1.579 mm.

Hal ini membuat ruang kabin terasa sempit, baik untuk kepala, kaki, maupun bagian kokpit. Ruang yang terbatas ini menjadi kendala bagi konsumen yang mencari kenyamanan, terutama untuk perjalanan jarak jauh.

Dari sisi performa, Ignis dan S-Presso juga kurang memuaskan. Mesin S-Presso yang hanya berkapasitas 998 cc menghasilkan tenaga 67 hp dan torsi 90 Nm, yang dianggap terlalu kecil untuk kebutuhan sehari-hari.

Mesin ini juga terasa kurang halus, dengan getaran yang cukup mengganggu. Sedangkan Ignis menggunakan mesin 1.197 cc dengan tenaga 83 hp dan torsi 113 Nm, namun performanya masih kalah jika dibandingkan dengan kompetitor seperti Honda Brio.

Masalah lain terletak pada transmisi. Kedua mobil ini menggunakan transmisi Automated Gear Shift (AGS) yang dirancang untuk memberikan pengalaman seperti transmisi otomatis. Namun, banyak pengguna yang mengeluhkan perpindahan gigi yang tidak halus dan hentakan yang terasa kasar, sehingga kenyamanan berkendara berkurang.

Suzuki juga menghadapi tantangan dari regulasi. Baik Ignis maupun S-Presso tidak memenuhi syarat untuk masuk ke kategori LCGC (Low Cost Green Car) karena tidak dirakit di Indonesia.

Ignis dan S-Presso adalah produk impor dari India, sehingga tidak memenuhi ketentuan lokalisasi produksi 80% yang diwajibkan untuk LCGC. Hal ini membuat kedua mobil tersebut tidak mendapatkan insentif harga yang bisa membuatnya lebih kompetitif di pasaran.

Ketidakberhasilan Suzuki dalam menyesuaikan produk mereka dengan pasar Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, Suzuki juga gagal dengan Wagon R, mobil yang dirancang untuk bersaing di segmen LCGC. Meski harganya terjangkau, desain Wagon R yang terlihat kuno membuatnya kalah bersaing dengan Honda Brio dan Toyota Agya yang memiliki desain lebih modern.

Kegagalan Ignis dan S-Presso memberikan pelajaran penting bahwa harga murah saja tidak cukup untuk memenangkan pasar Indonesia. Desain yang menarik, performa yang memadai, dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan lokal adalah kunci untuk merebut hati konsumen.

Meskipun demikian, Suzuki tetap memiliki beberapa model yang berhasil seperti Ertiga, XL7, dan Jimny. Namun, jika Suzuki ingin bertahan di pasar hatchback, mereka perlu lebih memperhatikan selera konsumen Indonesia dan menghadirkan produk yang benar-benar kompetitif.

Posting Komentar